Apakah Sekedar Pengalaman?

Menjadi seorang mahasiswa itu tidak hanya mengejar IPK tetapi juga harus memiliki pengalaman.  Mencari pekerjaan tidak hanya bisa bermodalkan dengan IPK tinggi saja tetapi harus memiliki skill dan pengalaman yang lebih dari yang lain. Aku harus bergabung dalam organisasi agar terlampir pengalaman yang lebih dalam CV ku nanti. Hal itulah yang sering menjadi landasan mahasiswa untuk bergabung dalam sebuah organisasi mahasiswa. Sehingga pengalaman dan organisasi menjadi erat kaitannya. Tidak ada yang salah dalam hal tersebut, tetapi bukankan terdengar seperti sebuah batu loncatan? Tetapi tak sedikit mahasiswa yang berpikiran sedangkal itu. Menjadi bagian dalam sebuah organisasi atau ikatan hanya berlandaskan pada keegoisan sesaat.

Pengalaman menurut KBBI adalah yang pernah dialami (dirasai, dijalani, ditanggung, dan sebagainya). Sehingga tidak salah apabila setelah masuk di dalam organisasi maupun ikatan pengalaman pasti didapatkan. Pernah merasakan bagaimana mengadakan sebuah kegiatan, pernah diberi tanggung jawab menjadi panitia dalam sebuah kegiatan. Wow hebat bukan? Segudang pengalaman akan kau dapatkan saat bergabung dalam organisasi atau ikatan.

Hal ini juga terjadi dalam ber-IMM. Sebelumnya tak perlu diresahkan sebuah tulisan ini, jangan jadikan pengahncur imajinasimu tentang indahnya sebuah ikatan. Tak perlu menjadikan sebuah gambaran pasti, karena ini hanya secuil dari potongan sebuah bagian utuh. Karena ini hanya satu pandangan dari pengalaman kader ber-IMM. 

Tak sedikit juga kader IMM membuat orientasi ber-IMM seperti itu. Namun pertanyaannya, Bukankan banyak cara untuk mencari pengalaman? Bukankan tak sedikit tempat untuk mencari relasi? Bukankan tak sedikit kegiatan untuk mengisi CV? Lalu kenapa harus ber-IMM? Mungkin penulis juga, ber-IMM hanya untuk kepentingan pribadi. Mungkin pemikiran atau tujuan ketika ber-IMM yang menjadi salah satu akar permasalahan dalam IMM sendiri. Tentunya tujuan ketika masuk dalam IMM itu berbeda-beda, tidak semuanya bertujuan untuk kebaikan dua sisi. Ikatan maupun individu. Namun sejatinya tujuan yang hanya mementingkan ego dan nafsu sesaat akan terkikis sejalan dengan kita berproses di dalamnya. Namun nyatanya tidak semua berjalan dengan baik, bukan tujuan yang membaik malah kader yang berbalik. 

Ketika merasa dirinya tak cocok dengan ideologi dalam ikatan ini membuatnya mundur untuk tetap berproses di dalamnya. Ketika merasa dirinya terkekang dalam ikatan akhirnya tak dilanjutkan. Ketika masalah percintaan menjadi sebuah perdebatan. Banyak sekali alasan yang membuat teman-teman mundur dari sebuah ikatan. Sehingga orientasi ber-IMM memang harus benar-benar dibentuk berjalan dengan proses yang kita lalui. 

Orientasi semacam untuk mendapatkan atau mencari seperti gamabaran tadi sebenarnya tidak menjadi masalah, namun bukankan itu hanya menguntungkan satu pihak? Egois sekali bukan? Dalam ber-IMM kita sudah mendapatkan banyak pengalaman, banyak relasi, ilmu yang kita dapat, perubahan pola pikir, dan lain sebgainya. Sangat untung bukan? Namun apa yang sekiranya sudah kita beri? 

Sudah sepatutnya kita memberi apa yang bisa kita beri sehingga akan terjadi keseimbangan di dalamnya. Tak perlu hal yang besar yang bisa kita beri, menymbangkan tenaga, waktu,  pikiran, dan apa yang kita miliki demi ikatan. Ketika kau sudah menerima jangan buat dirimu bermalas-malasan untuk memberi. Berikan karya nyata ataupun kerja nyata dalam ikatan. Jangan hanya menjadikan IMM sebuah pelarian karena bosan belajar di kuliah. Jangan jadikan IMM alasan nilai IPK turun. Jangan jadikan IMM alasan kamu mejadi pendebat dengan pikiran dangkal tanpa moral. Jangan jadikan IMM alasan kamu menjadi mahasiswa yang keras karna sering turun ke jalan. Ingat “Anggun dalam Moral, Unggul dalam Intelektual, Radikal dalam Gerakan”.