By : Nur Muna
Berbicara tentang pemuda, seolah tak pernah ada habis-habisnya. Bagaimana tidak? Kemerdekaan Indonesia pun tak lepas dari peran serta kaum muda mudi kita. Tanpa penulis sebutkan saja, mungkin pembaca sudah mengetahui bagaimana para pemuda ikut andil dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
Maka tidak berlebihan jika saat itu Bung Karno beretorika “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia”. Kalimat Bung Karno tersebut bermakna tersirat bahwa sesungguhnya pemuda memiliki kekuatan besar untuk mengguncang dunia ini. Hal ini disebabkan karena masa muda merupakan puncak kekuatan seseorang. Sebuah kerugian besar jika seorang pemuda tidak benar-benar memanfaatkan puncak kekuatannya, karena pada akhirnya fase akan bergeser ke masa tua (Fatoni, 2018).
Sebut saja pemuda, yang disebutkan dalam UU No. 40 tahun 2009 tentang kepemudaan, dia adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan berusia 16 sampai 30 tahun. Lalu bagaimana kekuatan pemuda yang menjadi sumber keberlangsungan negara?
Pemuda sebagai generasi, yang terdefinisi sebagai sasaran “bergerak”, kita keluar masuk sebagai generasi. Bahkan jika kita berbicara tentang perubahan generasi, kita tidak sedang membicarakan kelompok orang tertentu tetapi membicarakan perubahan kelompok generasi dengan generasi selanjutnya (White & Naafs, 2012). Maka yang harus menjadi sorotan utama mata bangsa Indonesia bukanlah para pegawai berdasi dikursi negara yang mengkampanyekan bahwa dia akan merubah bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Tetapi sorotan itu harus digeser kepada generasi penerus yang kelak akan menanggung beratnya akibat dari masalah yang diperbuat para pegawai tersebut. Ya, generasi yang dimaksud adalah pemuda.
Kekuatan pemuda memanglah lebih dari cukup untuk membuat gebrakan baru di Indonesia, namun tanpa sorotan dan perhatian yang berarti dari negara apakah gebrakan tersebut akan terealisasi? Pemuda harus menyadari bahwa ada potensi besar dalam keberhasilan menyuarakan isi dari hati masyarakat. Pemuda juga berhak mengkritisi sistem pemerintahan yang dianggap merugikan banyak orang, karena pemudalah yang memegang estafet kepemimpinan bangsa ini.
“Pemuda, kelak jangan terlena dengan jabatan dan uang yang menggiurkan di kursi negara. Karena sebagian besar kekuatan negara ada ditanganmu. Harapan ada di pundakmu. Banyak senyum kesejahteraan rakyat yang harus dibayar lunas”.
“Bangkit para pemuda, bangkit Indonesia!!”
DAFTAR PUSTAKA
Fatoni, A. (2018). Memahami Hakikat Masa Muda. Arsip Publikasi Ilmiah Biro Administrasi Akademik.
White, B., & Naafs, S. (2012). Generasi antara: refleksi tentang studi pemuda Indonesia. Jurnal Studi Pemuda, 1(2), 89-106.