By : Walidatul ‘Ulya
Muhammadiyah didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M untuk saat ini telah berusia 114 tahun dalam tahun Hijriah dan 110 tahun dalam tahun Masehi. Sejak didirikan oleh K.H. Ahmad dahlan, Muhammadiyah telah tampil sebagai sebuah gerakan pencerahan. Kebodohan yang menjadi simbol ummat dan bangsa pada waktu itu menjadi objek utama pengenalan Muhammadiyah. Polarisasi sistem pendidikan juga menyita perhatian K.H. Ahmad Dahlan yang begitu mencemaskan kondisi ummat dan bangsa apabila tidak segera dilakukan pemecahan-pemecahan.
Sementara bila dilihat kondisi ekonomi ummat dan bangsa sebagai jajahan yang terjerat dalam lingkar kemiskinan akut dan sangat sulit bila melepaskan diri, karena kemiskinan yang dimaksud adalah kemiskinan struktural dan kultural. Demikian juga persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan lainnya justru menambah kompleksitas permasalahan ummat dan bangsa dikala itu. Dalam situasi sangat sulit itulah K.H. Ahmad Dahlan mengambil sikap bijak dan ‘arif serta cerdas sebagai starting point untuk membedah dan mengurai satu per satu persoalan ummat dan bangsa ini yang mayoritas sudah frustasi akut, ditambah lagi sikap keberagaman yang jumud dan memperparah ummat dan bangsa.
Pemahaman yang komprehensif K.H. Ahmad Dahlan terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang selalu memberi solusi terhadap ummat yang selama ini tertutup oleh sikap keberagaman yang jumud dan taqlid membabi buta menjadi sebuah kekuatan yang superlatif. Dorongan dan motivasi pemahaman terhadap ayat AlQur’an inilah akhirnya yang menorehkan tinta emas dalam catatan sejarah bangsa ini, yaitu berdirinya sebuah motor penggerak untuk perubahan yang diberi nama “Persyarikatan Muhammadiyah”. Muhammadiyah sejak berdirinya bergerak dengan gerakan amaliyah dan berkiprah dalam gerakan tajdid. Hal tersebut dapat dilihat melalui kepeloporan dalam pembaharuan pemahaman agama, revolusi sistem pendidikan yang semula sudah terpolarisasi yaitu sistem pendidikan umum (sekunder) yang tidak menggunakan ilmu agama dan sistem pendidikan pesantren (agama) sebagai lembaga yang hanya mengajarkan agama dalam sisi sempit (melalui kitab-kitab kuning pilihan Kyainya masing-masing), serta tidak sedikitpun mengajar pendidikan umum (pendidikan dunia). Muhammadiyah juga bergerak dalam pengembangan primata pelayanan sosial dan pemberdayaan masyarakat berbasis Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO). Demikian juga yang tidak kalah pentingnya adalah kepeloporan perempuan-perempuan miskin (‘Aisyiyah) di ruang publik, dinamisasi peran kebangsaan dan penguatan nilainilai utama bagi kehidupan ummat manusia yang bercorak pencerahan (Zarro, dkk, 2020).
Setiap langkah yang dilakukan oleh Muhammadiyah dalam menghadapi problematika tersebut persyarikatan Muhammadiyah selalu tampil sebagai problem solfing yaitu menjadi bagian dari penyelesaian-penyelesaian masalah ummat dan bangsa. Akhirnya Muhammadiyah menjadi bagian integral dari bangsa dan telah berkiprah dalam membangun Indonesia sejak pergerakan kebangkitan Nasional hingga era kemerdekaan. Muhammadiyah sangat aktif dalam peletakan dan penentuan dasar negara yaitu Pancasila dan UUD 1945 (Nashir, 2011).
Semboyan Muhammadiyah “Sedikit bicara, banyak bekerja” telah terbukti dalam mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia. Fase demi fase amal usaha Muhammadiyah semakin berkembang baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Belakangan ini Amal Usaha Muhammadiyah mulai merambat ke berbagai aspek kehidupan ummat dan bangsa. Hal serupa juga terukir di dalam sejarah bangsa ini bahwa Muhammadiyah memiliki peran yang sangat aktif disetiap periodesasi kepemimpinan Nasional, mulai dari orde lama, orde baru dan orde reformasi ini. Berbicara tentang keberhasilan gerakan Muhammadiyah ini, ketua Pimpinan Pusat Muhamamdiyah Prof. Dr. Haedar Nashir di dalam bukunya “Muhammadiyah Abad Kedua” terbitan Suara Muhammadiyah cetakan pertama tahun 2011, pada halaman 74-97 menyampaikan dengan sangat apik dan tak terbantahkan, yang secara singkat adalah sebagai berikut :
1. Memperbaharui paham Islam Dengan semangat kembali, Muhammadiyah telah berhasil meluruskan pemahaman agama yang bersifat taqlid dan bermuatan syirik, takhayul, bid’ah ke arah pemahaman Islam yang otentik atau murni bersumber pada AlQur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. yang shahihah maqbullah.
2. Memperbaharui alam pikiran ke arah kemajuan atau kemerdekaan Muhammadiyah hadir melakukan modernisasi alam pikiran, cara berpikir, bersikap dan bertindak yang mempengaruhi kemajuan hidup. Menjadi muslim itu harus terbuka, maju, gagah dan sejajar dengan bangsa lain yang telah lebih duluan maju, serta hidup menjadi modern dengan tetap berkepribadian muslim.
3. Membangun sistem pendidikan Islam modern Pendidikan menjadi ciri penting yang melekat dengan gerakan Muhammadiyah dan merupakan kepeloporan Muhammadiyah dari lembaga pendidikan yang dirintis dan dikembangkan sebagai sistem pendidikan Islam modern dan holistik.
4. Gerakan Al-Ma’un dan Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) Muhammadiyah termasuk organisasi Islam yang menonjol dalam gerakan pelayanan sosial dan kesehatan.
5. Membentengi ummat Islam dari berbagai ancaman luar Terutama dari ancaman pemurtadan atau perpindahan agama. Apa yang dilakukan Muhammadiyah? Muhammadiyah bergerak dengan langkah antisipatif yaitu langkah yang bersifat elegan, tidak dengan era konfrontatif dengan pihak lain.
6. Memodernisasi kehidupan masyarakat Apapun yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung, Muhammadiyah telah melakukan modernisasi sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
7. Mempelopori kalangan perempuan Islam ke ruang publik. Melalui gerakan ‘Aisyiyah yang didirikan pada tahun 1917 merupakan satusatunya gerakan pembaharuan Islam di dunia muslim yang berani melakukan terobosan dengan menghadirkan gerakan perempuan ke ruang publik. Bahkan ‘Aisyiyah mendapatkan status khusus sebagai organisasi otonom yang dapat membuat amal usaha sama dengan Muhammadiyah, misalnya dalam bidang pendidikan, ‘Aisyiyah sudah memiliki Perguruan Tinggi yaitu Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dan sebagainya.
Pada muktamar Muhammadiyah ke-48 yang akan datang, insya Allah diselenggarakan di kota Surakarta mulai tanggal 18 sampai dengan 20 November 2022 adalah sebuah momentum yang sangat menentukan bagi Muhammadiyah di dalam mengharungi perjalanan di masa mendatang, dimana seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia sudah mengglobal, termasuk permasalahan-permasalahan yang ditimbulkannya akan semakin rumit dan kompleks. Apakah Muhammadiyah yang saat ini sudah mendunia, dimana di beberapa negara baik Timur ataupun Barat telah berdiri Pimpinan Cabang-Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PC IM – PC IM) serta Amal usaha-amal usahanya mampu berpirau dalam gelombang perubahan yang sangat dahsyat tersebut? Baik dinamika pergerakan di dalam Negeri maupun gelombang yang lebih besar lagi yaitu arus perubahan secara global dan universal? (Al Fikri, dkk, 2021).
Amal usaha-amal usaha yang didirikan Muhammadiyah sebagai solusi dari problem solving di tengah masyarakat yang nampaknya perlu dipertajam dan dilakukan nasionalisasi gerakan, misalnya Program Pendampingan Kelompok Tani/Nelayan yang dilakukan oleh beberapa Pimpinan Daerah perlu dilakukan secara nasional. Sehingga seluruh masyarakat Indonesia dapat merasakan kehadiran Muhammadiyah terutama yang menyentuh kehidupan rakyat kecil seperti petani dan nelayan. Kemudian, sudah semestinya Muhammadiyah juga bergerak di bidang industrialisasi baik di bidang produk makanan halal (versi Muhammadiyah), seperti yang telah dipelopori beberapa Pimpinan Daerah dengan memproduksi Mie Mu, Bakery Mu, air Mu, Shabran Bakery, Rendang Mu dan sebagainya. Hal ini perlu di nasionalisasikan, artinya industrialisasi ini dikelola oleh Pimpinan Pusat sehingga produksinya dapat dinikmati oleh seluruh ummat khususnya warga persyarikatan di seluruh Indonesia (Rusydi, 2016).
Keseimbangan gerakan persyarikatan Muhammadiyah ke depan menjadi penting. Di samping bergerak di bidang dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar dikemas dalam berbagai program dan amal usaha yang dikelola oleh majelismajelis, badan dan lembaga, Muhammadiyah ke depan harus mulai bergerak menjamah kebutuhan-kebutuhan primer ummat dan secara bertahap juga bisa melangkah kepada kebutuhan-kebutuhan sekunder, seperti kebutuhan sarana transportasi yang dikelola oleh Muhammadiyah. Misalnya Maskapai Surya Mentari Air dan sebagainya. Semua bentuk program amal usaha yang dinyatakan di atas adalah dalam rangka mengembangkan dakwah Islam Amar Ma’ruf Nahi Munkar yang dapat dikemas lebih luas dan menyentuh seluruh aspek kehidupan ummat dan bangsa. Dengan demikian, maka Muhammadiyah ke depan benarbenar mencerahkan bangsa dan semesta.
Sumber :
Al Fikri, Muhammad Aldo dan Muhammad Lailan Arqam. 2021. “Pengaplikasian Kepemimpinan Kolegtif Kolegial Oeganisasi Muhammadiyah.” Jurnal AlQalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan, 13 (2): 55-64.
Nashir, Haedar. 2010. Muhammadiyah Gerakan Pembaruan. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Nashir, Haedar. 2011. Muhammadiyah Abad Kedua. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Rusydi, Rajiah. 2016. “Peran Muhammadiyah (Konsep Pendidikan, Usaha-usaha di Bidang Pendidikan, dan Tokoh).” TARBAWI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1 (2): 139-148.
Zarro, M., Yunani.,Dhita, A.N. (2020). “Muhammadiyah sebagai gerakan islam dan pendidikan.” FACTUM: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 3 (1): 61-66, DOI: https://doi.org/10.17509/factum.v9i1.21503